UA-64095463-1

Doktrin Arianisme dalam Kristen

Multi-persepsial dalam sebuah agama selalu menjadi perdebatan kontroversial, hingga bersifat anarkis dan bahkan berakhir pada genosida. Faktor utamanya yaitu bahwa agama merupakan hal paling prinsipil, disamping itu fanatisme merupakan “bibit” yang rentan tumbuh subur pada manusia. Misalnya saja polemik antara Sunni dan Syiah dalam Islam hingga hari ini, yang tidak sedikit merenggut korban kemanusiaan, bahkan merusak citra Islam sendiri. Tragedi sekterian seperti itu juga pernah terjadi dalam sejarah Gereja, melibatkan seluruh hierarki Gereja hingga kerajaan beserta kaisar.
Konflik terbesar dalam sejarah Gereja terjadi pada abad ke 3 masehi, merupakan tragedi pertentangan pengakuan iman antara arianisme dan trinitarian. Hal tersebut membuat Kaisar Konstantin mengadakan pertemuan dengan para petinggi Gereja pada 20 Mei 325. Pertemuan yang terjadi di Iznik, Turki (dulu bernama Nicea) itu kelak kemudian hari dikenal sebagai Konsili Nicea I. Namun (sayangnya), Konsili Nicea I bukanlah murni bersifat keagamaan: Arianisme merupakan doktrin terbesar di Romawi Timur, sedangkan Trinitarian di Romawi Barat. Benturan keras tersebut merupakan latar belakang strategi Kaisar Konstantin guna kestabilan negara.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh kaisar, Arius sebagai pencetus Arianisme dan Athanasius sebagai seorang yang fanatik terhadap doktrin Arius. Trinitarian sendiri merupakan konsep iman yang sudah ada sebelum Arianisme. Namun Konsili Nicea I dimenangkan oleh Athanasius. Hasil dari pertemuan itu merupakan rumusan iman yang disebut Pengakuan Iman Nicea yang digunakan hingga saat ini. Adapun setelah konsili, kisah tentang Arius masih menjadi perdebatan. Banyak sumber mengatakan bahwa ia kemudian diasingkan, bahkan terjadi genosida terhadap kaum Arian dan segala buku-buku doktrinernya dimusnahkan.
Kisah lain menyatakan bahwa meskipun Trinitarianis memenangkan pertemuan, sebenarnya kaisar Konstantin dan dewan konsili cenderung menyetujui konsep iman Arianisme. Tindakan anarkis terjadi setelah pergantian rezim konstantin dan Konstantinus sekitar akhir abad ke 4 Masehi, kemudian trinitarian mendominasi wilayah yang sekarang Roma tersebut secara politik. Lebih lanjut banyak pihak yang menyatakan bahwa kuatnya hegemoni Vatikan sampai hari ini, paham arianisme tetap berkembang “di bawah permukaan” dan sering bermunculan. Bahkan menurut wikipedia, Isaac Newton merupakan seorang arianis.  

Menurut sejarahnya, umat Kristiani dianggap sebagai salah satu sekte agama Yahudi. Ajaran yang hingga kini dikenal sebagai ajaran Cinta Kasih ini pada awal penyebaranya tidak menekankan konsep keTuhanan secara komprehensif. Namun jauh setelah Yesus wafat multi-persepsial keEsaan Tuhan pernah menjadi polemik internal terbesar dalam sejarah Kekristenan, seperti tragedi Nicea I. Adapun konflik legitimasi Iman tersebut seringkali menjadi alasan seseorang untuk fanatik terhadap pemahaman iman lain. Jikapun demikian “maka, agama-sebagai lembaga dan pola perilaku-tidak akan lagi dialami sebagai sumber rahmat, tetapi sebaliknya, sebagai sumber perilaku laknat”. –Bambang Sugiharto.

Doktrin Arianisme dalam Kristen Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 comments:

Post a Comment