Multi-persepsial dalam sebuah
agama selalu menjadi perdebatan kontroversial, hingga bersifat anarkis dan
bahkan berakhir pada genosida. Faktor utamanya yaitu bahwa agama merupakan hal
paling prinsipil, disamping itu fanatisme merupakan “bibit” yang rentan tumbuh
subur pada manusia. Misalnya saja polemik antara Sunni dan Syiah dalam Islam
hingga hari ini, yang tidak sedikit merenggut korban kemanusiaan, bahkan
merusak citra Islam sendiri. Tragedi sekterian seperti itu juga pernah terjadi
dalam sejarah Gereja, melibatkan seluruh hierarki Gereja hingga kerajaan
beserta kaisar.
Konflik terbesar dalam sejarah
Gereja terjadi pada abad ke 3 masehi, merupakan tragedi pertentangan pengakuan
iman antara arianisme dan trinitarian. Hal tersebut membuat Kaisar Konstantin
mengadakan pertemuan dengan para petinggi Gereja pada 20 Mei 325. Pertemuan
yang terjadi di Iznik, Turki (dulu bernama Nicea) itu kelak kemudian hari
dikenal sebagai Konsili Nicea I. Namun (sayangnya), Konsili Nicea I bukanlah
murni bersifat keagamaan: Arianisme merupakan doktrin terbesar di Romawi Timur,
sedangkan Trinitarian di Romawi Barat. Benturan keras tersebut merupakan latar
belakang strategi Kaisar Konstantin guna kestabilan negara.
Pertemuan tersebut dihadiri
oleh kaisar, Arius sebagai pencetus Arianisme dan Athanasius sebagai seorang
yang fanatik terhadap doktrin Arius. Trinitarian sendiri merupakan konsep iman
yang sudah ada sebelum Arianisme. Namun Konsili Nicea I dimenangkan oleh
Athanasius. Hasil dari pertemuan itu merupakan rumusan iman yang disebut
Pengakuan Iman Nicea yang digunakan hingga saat ini. Adapun setelah konsili,
kisah tentang Arius masih menjadi perdebatan. Banyak sumber mengatakan bahwa ia
kemudian diasingkan, bahkan terjadi genosida terhadap kaum Arian dan segala
buku-buku doktrinernya dimusnahkan.
Kisah lain menyatakan bahwa
meskipun Trinitarianis memenangkan pertemuan, sebenarnya kaisar Konstantin dan
dewan konsili cenderung menyetujui konsep iman Arianisme. Tindakan anarkis
terjadi setelah pergantian rezim konstantin dan Konstantinus sekitar akhir abad
ke 4 Masehi, kemudian trinitarian mendominasi wilayah yang sekarang Roma
tersebut secara politik. Lebih lanjut banyak pihak yang menyatakan bahwa
kuatnya hegemoni Vatikan sampai hari ini, paham arianisme tetap berkembang “di
bawah permukaan” dan sering bermunculan. Bahkan menurut wikipedia,
Isaac Newton merupakan seorang arianis.
Menurut
sejarahnya, umat Kristiani dianggap sebagai salah satu sekte agama Yahudi.
Ajaran yang hingga kini dikenal sebagai ajaran Cinta Kasih ini pada awal
penyebaranya tidak menekankan konsep keTuhanan secara komprehensif. Namun jauh
setelah Yesus wafat multi-persepsial keEsaan Tuhan pernah menjadi polemik
internal terbesar dalam sejarah Kekristenan, seperti tragedi Nicea I. Adapun
konflik legitimasi Iman tersebut seringkali menjadi alasan seseorang untuk
fanatik terhadap pemahaman iman lain. Jikapun demikian “maka, agama-sebagai
lembaga dan pola perilaku-tidak akan lagi dialami sebagai sumber rahmat, tetapi
sebaliknya, sebagai sumber perilaku laknat”. –Bambang Sugiharto.
0 comments:
Post a Comment