UA-64095463-1

Syekh Siti Jenar dalam Perspektif Devide et Empera


Politik pecah belah atau politik adu domba adalah kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukan. Dalam konteks lain, politik pecah belah juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat. (Wikipedia).  Dari definisi tersebut kita akan paham mengapa banyak teori yang menghubungkan kaum imperialis dan pertikaian-pertikaian antar golongan di Indonesia, tentunya mengingat bahwa kita merupakan masyarakat plurar.

Teori tersebut menyatakan bahwa literatur ras dan agama merupakan media yang paling efektif untuk penyelenggaraan strategi politik ini. Seperti layaknya Ternate - Tidore, literasi Bubat, Lekra - Manifesto Kebudayan, propaganda teologi, hingga sosial-ekonomi saat ini, literasi Syekh Siti Jenar pun tak luput dari teori poltik Devide et Empera (Politik Pecah Belah)ini sebagai tindakan ekspansif barat. Berikut kami kutip pernyataan yang banyak beredar di dunia maya mengenai teori ini:

“Penghancuran sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) adalah ulah Penjajah Belanda, untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai antara Sunni dengan Syi’ah, antara Ulama’ Syari’at dengan Ulama’ Hakikat. Bahkan Penjajah Belanda telah mengklasifikasikan umat Islam Indonesia dengan Politik Devide et Empera [Politik Pecah Belah] dengan 3 kelas:

1) Kelas Santri [diidentikkan dengan 9 Wali]
2) Kelas Priyayi [diidentikkan dengan Raden Fattah, Sultan Demak]
3) Kelas Abangan [diidentikkan dengan Syaikh Siti Jenar]”


Syekh Siti Jenar dalam Perspektif Devide et Empera Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 comments:

Post a Comment