Adalagi teori yang secara frontal
bersinggungan dengan kaum realisme seperti teori cacing.
“Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu
Rasulullah. Sungguh amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti
Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing. Jika ada penulis menuliskan
seperti itu, berarti dia tidak bisa berfikir jernih. Dalam teori Antropologi
atau Biologi Quantum sekalipun. Manusia lahir dari manusia dan akan wafat
sebagai manusia”. Siapa yang menegaskan pernyataan tersebut tidak diketahui
secara pasti, namun kalimat tersebut sangat mudah kita temukan di berbagai
media (terutama artikel di internet).
Adapun teori (maaf) anjing
tersebut berbagai macam versi, di antaranya yaitu digantinya jenazah Syekh Siti
Jenar dengan bangkai anjing kudisan sesaat setelah sang Siti dihukum mati oleh
dewan Wali. Versi berikutnya yaitu ketika makam sang Siti dibongkar oleh para
santri, mereka terkejut oleh perubahan wujud jasad yang ada di dalamnya. Kedua
hal tersebut juga dikaitkan dengan propaganda politik Damak dan pertentangan
teologis.“Suatu hal yang sangat mustahil terjadi dalam konteks hukum Islam,
namun tentu dianggap sebagai sebuah kebenaran atas nama kemukjizatan bagi
masyarakat awam” kata seorang penyanggah teori ini yang dikutip dari sebuah blog.
Serupa dengan teori cacing, kaum penyanggah teori kontroversial
jasad ini juga kebanyakan merupakan kaum realisme. Meraka menegaskanya
berdasarkan riwayat para habaib, ulama’, kyai dan ajengan yang terpercaya
kewara’annya, bahwa “Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud
di Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud. Para santri baru
mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh.” Adapun teori baru muncul
oleh para ahli sejarah yang menyatakan bahwa teori (maaf) “anjing” tersebut
layaknya teori lainya. Merupakan usaha propaganda kaum Abangan dan Putihan di
Jawa yang telah terjadi sejak era runtuhnya majapahit hingga saat ini.
Lanjut ke Teori Pecah Belah Belanda
0 comments:
Post a Comment