Sampai hari ini teori-teori
tentang Syekh Siti Jenar dan ajaranya bertebaran di berbagai media. Dari teori-teori
tersebut tentu ada yang dikembangkan sebagai motivasi untuk kepentingan
pribadi, atau lebih tepatnya semacam pembelaan akan teologi dan persepsi
fanatiknya. Bahkan propaganda teori tersebut sudah tersebar di alam pikir
masyarakat kita. Namun tentu saja ada pula kalangan yang menilai tokoh tersebut
dengan sikap objektif, atau berdasarkan bukti-bukti otentis yang tidak
mendukung pemikiran pribadi manapun.
Kita ketahui bahwa golongan umat
Islam di Indonesia berbeda dengan yang ada di negara manapun. Kaum muslimin di
Indonesia (terutama Jawa) terdiri dari golongan Abangan dan Putihan.
Pertentangan dua kubu ini sudah terjadi pada masa berakhirnya kerajaan
Majapahit. Banyak teori yang menyatakan bahwa kematian Syekh Siti Jenar
dikaitkan dengan pertentangan dua golongan ini. Secara garis besar gologan
putihan cenderung fundamentalis, sedangkan abangan merupakan sinkretisme budaya
Islam dari tanah asalnya dan budaya yang berkembang di jawa sebelum era Islam
di Indonesia. Sebagian besar Abangan pro terhadap pemerintahan Majapahit,
sedangkan putihan ingin mendirikan negara Islam seutuhnya.
Teori di atas merupakan beberapa
teori dari sekian banyak teori yang beredar di kalangan masyarakat kita. Apapun
wacana tentang kisah sang Syekh tersebut merupakan teori-teori yang kebenaranya
relatif. Mari kita bertanya pada diri sendiri: Seberapa perlukah wacana tentang
Syekh Siti Jenar itu dikaji? Ataukah kita biarkan saja seperti angin lalu? Namun
tekankanlah pada diri anda bahwa semoga teori-teori apapun juga yang kita
ilhami seyogyanya mampu memberi output yang positif bagi kemanfaatan sesama
mahluk, termasuk teori Syekh Siti Jenar ini, terlepas dari perspektif
kebenaranya. Berikut kami sajikan berbagai macam teori yang kontroversial
tentang sosok Syekh tersebut.
Mulai dari Teori "Cacing"
0 comments:
Post a Comment